09/05/2024
Pengalaman saya :
Pernah dekat sama laki-laki, pekerja keras pintar sayang sama ibunya. Meski hanya seorang anak supir truk tapi keinginan kuliahnya besar. Dia bekerja keras untuk mendapatkan beasiswa S1.
Saya sebagai teman dekat wanitanya ikut mendukung, moril dan materil. Tapi hubungan kami putus sambung, sebanyak 3x. Dulu dia selalu merasa minder dengan saya. Karena dia hanya seorang anak supir truk.
Setiap kami putus dia yang selalu minta kembali merajut, karena saya tahu dia minta putus karena ibunya tidak s**a dengan saya. Setiap kali anaknya sedang bertamu ke rumah saya. Pasti ditelpon dan diminta segera pulang.
Singkat cerita setelah dia sukses, dia pun menghubungi saya, dan meminta saya untuk menjadi istrinya.
Sebelum saya memberikan kesempatan untuk ketiga kalinya saya membutuhkan waktu yang panjang tuk memberikan jawaban 'iya' untuk niatnya mau menikah saya. Bukan karena dia anak dari seorang supir truk, dengan ekonomi pas-pasan. Dulu saja saya bersedia mendampingi, apalagi setelah dia sukses menjadi manajer keuangan di salah satu perusahaan asing. Tentu dengan senang hati bukan, secara logika saya harusnya langsung menerimanya.
Yang jadi bahan pertimbangannya saya waktu tidak langsung menjawab, 'karena ibunya' sedari kami merajut kasih dahulu di kala anaknya masih berstatus mahasiswa. beliau tidak s**a dengan saya. Namun, karena dalam kurun dua tahun sang anak selalu mengajak menikah. Akhirnya saya luluh dan memberikan kesempatan tuk ketiga kalinya.
Saya pun dibawa silaturahmi ke rumahnya, jam dua pagi saya bangun hanya untuk membuatkan dua menu makanan. Puding coklat dan makaroni schotel panggang. dan sungguh saya terkejut, dia tidak memberi tahu ibunya jika saya akan datang. Ketika saya sampai, ibunya tidak mau bersalaman dengan saya.
Si ibu nampak terkejut, kami berdua saling terkejut, ibunya tidak tahu saya akan dipertemukan, dan saya tahunya si ibu sudah tahu saya akan datang. Tp akhirnya mau duduk bersama temani berbincang. Bercerita ketika ibunya ikut ke kampusnya, menunggui kelas pelajaran sampai usai, menunggu di kantin. Padahal dia sedang mengambil S2. Tapi ibunya ttp memperlakukan dia seperti masa masa kecil dulu.
Kemana anaknya pergi sebisa mungkin selalu ikut. Mereka seperti tak terpisahkan.satu Minggu kemudian saya chat lebih dulu . "bagaimana pendapat ibu"
"Kamu coba dengan keras untuk mengambil hati ibu ya" jawab si pria itu
Dari situ saya berpikir pria itu bukan untuk saya. Tidak ingin membuat dia bingung antara saya atau Ibunya. Saya langsung mengambil tindakan untuk menyudahi hubungan yang tidak ada masa depannya. Bersaing dengan ibu calon suami/suami kita sama saja seperti 'memadankan api neraka' alias tidak mungkin menang. Jadi saya memilih mundur. Dan Alhamdulillah tidak lama setelah itu, ada yang melamar saya. Meski mantan saya menangis dan meminta saya membatalkan rencana pernikahan saya dengan pria pilihan saya.
Jawaban saya waktu itu, "Ikuti kemauan ibu kamu. Insha Allah diberi ganti yang lebih baik dari aku"
Menurutku jika seorang ibu takut anak dan hartanya diambil, saran saya sebaiknya jangan nikahkan anak ibu ke anak gadis orang lain. Dan buat para gadis jika bertemu dengan pria yang terlalu over diluar nalar tentang sikapnya ke ibunya, sebaiknya cari kandidat lain saja.
Demi kesehatan mentalmu dan kebahagian rumah tanggamu.