10/10/2021
Hukum Aqiqah Bayi Keguguran
*****
Oleh: Yuda Abdurahman
Sebagaimana yang kita semua ketahui bahwasanya hukum aqiqah adalah sunnah muakkadah berdasarkan hadits-hadits yang menjelaskan beberapa keutamaannya, diantaranya adalah hadits Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam berikut:
عَنْ سَمُرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْغُلَامُ مُرْتَهَنٌ بِعَقِيقَتِهِ يُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ السَّابِعِ وَيُسَمَّى وَيُحْلَقُ رَأْسُهُ
Dari Samurah, ia berkata, "Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam bersabda, 'Seorang anak tergadai dengan aqiqahnya, yang disembelih atas namanya pada hari ke tujuh —dari hari kelahirannya—, diberi nama dan dicukur rambut kepalanya'.
(HR. At-Tirmidzi, no. 1522 & Ibnu Majah 3165).
Abu Isa berkata, "Hadits ini adalah hasan shahih". Para ulama mengamalkan hadits ini, mereka sangat menganjurkan penyembelihan kambing aqiqah pada hari ke-7, namun apabila tidak bisa, maka dianjurkan untuk melaksanakannya pada hari ke-14. Jika tidak bisa juga, maka dianjurkan untuk melaksanakannya pada hari ke-21. Mereka juga berkata, "Kambing yang mencukupi untuk aqiqah adalah kambing yang mencukupi untuk kurban".
Imam Al-Mubarakfuri di kitab beliau Tuhfatul Ahwadzi Syarah Sunan At-Tirmidzi menukil beberapa pendapat ulama mengenai maksud dari pada seorang anak tergadaikan dengan aqiqahnya diantaranya adalah :
قال الخطابي اختلف الناس الناس في هذا واجواد ما قيل فيه ما ذهب اليه احمد ابن حنبل قال هذا في الشفاعه يريد انه اذا لم يعق عنه فمات طفلا لم يشفع في أبويه
Artinya: "Imam Al-Khattabi berkata, 'Orang-orang berbeda pendapat mengenai masalah ini (maksud tergadaikan), pendapat yang paling baik mengenai masalah ini adalah pendapat yang dikemukakan oleh Ahmad bin Hanbal, beliau berkata, 'Ini berkaitan dengan syafa'at, yang dikehendaki adalah bahwasanya jika bayi belum diaqiqahi kemudian mati dalam keadaan anak-anak maka ia tidak dapat memberi syafaat untuk kedua orang tuanya.'
(Tuhfah al-Ahwadzi, 4/495)
Oleh karenanya, sangat disayangkan jika anak yang merupakan investasi akhirat, yang dengannya orang tua mendapat syafa'at di akhirat kelak menjadi terhalang dari syafa'at anaknya sebab aqiqah anak yang belum tertunaikan.
Lantas bagaimana dengan bayi yang dilahirkan kemudian tak lama berselang meninggal dunia atau bayi yang keguguran saat masih di dalam kandungan, apakah juga disyari'atkan untuk diaqiqahi? Hal ini sempat ditanyakan kepada kami oleh seorang bunda yang cucunya meninggal tak lama berselang setelah dilahirkan.
Imam Ibnu Hajar Al-Haitami di dalam kitab Tuhfah al-Muhtaj Bisyarhi al-Minhaaj menjelaskan bahwa tetap disunnahkan meng-aqiqahi bayi yang wafat setelah tak lama berselang dari kelahirannya.
يسن سنة مؤكدة أن يعق عن الولد بعد تمام انفصاله و إن
مات بعده على المعتمد في المجموع
Artinya: "Disunnahkan dengan sunnah muakkadah (sangat ditekankan) untuk meng-aqiqahi anak setelah lahir secara sempurna, dan tetap sunnah diaqiqahi meskipun setelah itu meninggal menurut pendapat yang muktamad di kitab Al-Majmu'.
(Tuhfah al-Muhtaj Bisyarhi al-Minhaaj, hal. 321).
Lebih rincinya, beliau menjelaskan bahwa tetap disunnahkan meng-aqiqahi bayi yang wafat setelah dilahirkan atau juga bayi yang keguguran jika usia janin tersebut telah sampai pada usia yang telah ditiupkan ruh pada janin tersebut.
إنما تسن عن سقط نفخت فيه الروح كما جريت عليه في شرحي الارشاد و العباب تبعا للزركشي و اما ما لم تنفخ فيه الروح فهو جماد لا يبعث ولا ينتفع به في الاخرة فلا تسن له عقيقة
Artinya: "Bahwasanya disunnahkan meng-aqiqahi bayi yang keguguran yang sudah ditiupkan ruh sebagaimana pendapat yang saya ikuti dalam kedua syarah Al-Irsyad dan Al-Ubab dengan mengikuti pendapat Az-Zarkasyi. Sedangkan janin yang belum ditiupkan ruh, maka hukumnya sama seperti perkara jamid (benda tak bernyawa), dia tidak akan dibangkitkan dan tidak dapat memberi manfaat di akhirat, maka tidak disunnahkan mengaqiqahinya."
(Al-Fatawaa Al-Fiqhiyah Al-Qubro, 4/257)
Allahu a'lam
Alhamdulillah beliau lantas mengamanahi proses aqiqah untuk mendiang cucu beliau -Allahu Yarham- kepada Daarul Mahabbah Babel dan segera kami tunaikan.
Semoga Allah terima dan menjadi sebab syafa'at untuk dari sang anak untuk orang tuanya.
Baarakallahu fiikum