20/10/2016
*Catatan Rilis Novel "Tentang Kamu"
Beberapa hari lagi, novel “Tentang Kamu” akan rilis.
Novel ini, seperti biasa, masuk kategori novel populer. Apa isi ceritanya? Sederhana: tentang kamu. Jadi siapapun yang baca, bisa memposisikan dirinya sebagai kamu. Yang sedang galau, baper, bisa memposisikan dirinya sebagai tokoh utama yang galau dan baper. Yang hidupnya penuh ujian, cobaan, juga bisa memposisikan demikian. Yang ingin menjadi orang tangguh, senantiasa sabar, pun bisa. Karena begitu besarnya ruang lingkup cerita, apapun bisa jadi “gue banget”.
Genre apa novel ini? Nah, itu yang susah menjelaskannya. Roman bisa, aksi bisa, intrik bisa, tentang dunia hukum juga bisa. Tentang anak-anak dan keluarga pun bisa. Kesetiaan, persahabatan, apalagi. Tapi kalau memang harus dipetakan secara detail dan akurat, novel ini lebih ke novel “biografi”, novel “sejarah”--tapi namanya novel, tentu saja fiksi. Perjalanan hidup seseorang sejak dia lahir, hingga meninggal. 76 tahun. Lima tempat/
setting. Sumbawa. Surakarta. Jakarta. London dan Paris (kelima tempat ini hasil survei di page saya). Lima tempat ini adalah lima fragmen kehidupan yang sangat penting bagi tokoh utama (dalam novel memakai istilah ‘juz’, istilah lain dari bab).
Menariknya, cerita tidak disampaikan lewat tokoh utama. Melainkan dari kaca mata seorang anak muda yang tidak kalah penting karakternya dalam cerita. Jadi seperti menyusun lapisan-lapisan kue. Di balik lapisan pertama, masih ada lapisan cerita berikutnya.
Novel ini relatif tebal, 524 halaman. Berbeda dengan novel RINDU, yang memang 1/3 bagian awalnya sengaja berlambat-lambat ria, sampai pembacanya bosan duluan, novel Tentang Kamu menggunakan pendekatan HUJAN atau PULANG, menggunakan gaya bercerita yg cepat. Berpindah-pindah lokasi. 10 hari saja, tamat. Anak muda ini melanglang buana menelusuri masa lalu tokoh utama. Pendekatan menulis novel ini seperti menonton film aksi, antar bab dibuat seperti memotong adegan-adegan film. Karena ini novel populer, jadi tidak perlu mengerutkan dahi. Sistematika dan logika ceritanya mudah. Pun penjahat utamanya sendiri bisa ditebak di tengah-tengah novel.
Lantas apa kelebihan novel ini? Saya tidak tahu. Selera pembaca kadang tidak bisa ditebak. Saya hanya fokus berusaha menulis novel yang: menghibur dan menemani. Sekali pembacanya enjoy baca novelnya, misi saya selesai.
Di novel ini saya juga menggunakan beberapa eksperimen baru.
Pertama, memasukkan puluhan quote2 dari nasehat lama. Kalian mungkin pernah melihatnya berseliweran di media sosial. Misalnya: “Nasihat-nasihat lama itu benar sekali, cinta memang tidak perlu ditemukan, cinta-lah yang akan menemukan kita. Terima kasih. Aku tidak akan menangis karena sesuatu telah berakhir, tapi aku akan tersenyum karena sesuatu itu pernah terjadi. Karena dicintai begitu dalam oleh orang lain akan memberikan kita kekuatan, sementara mencintai orang lain dengan sungguh-sungguh akan memberikan kita keberanian.” Dalam satu tarikan nafas, ada tiga quote lama yang dimasukkan dalam salah-satu paragraf ini. Quote2 ini jika ditelusuri, susah memastikan siapa yang dulu pertama kali menuliskannya, bahkan website2 besar sekalipun, susah memastikan rujukannya. Terlepas dari itu, daripada pusing berdebat siapa yg dulu menuliskannya, novel ini menuliskannya kembali, simpel semoga itu membuat nasihat2 lama yang indah ini terus abadi. Bukan berarti saya mengklaim quote itu sebagai ciptaan sy.
Eksperimen berikutnya yang saya gunakan dalam novel ini adalah, menggunakan dialek setempat. Biasanya saya tidak mau pusing dengan dialek setempat. Novel ber-setting Aceh misalnya (Hafalan Shalat Delisa), tetap menggunakan gaya bahasa Indonesia, novel ber-setting Makassar (Rindu), juga tetap gaya bahasa formal Indonesia. Di novel ini, sy mencoba menggunakan dialek setempat, meski tidak semua--dan ternyata itu tidak mudah. Saya lazimnya lebih fokus pada cerita, pesan cerita, dibanding hal-hal seperti ini.
Ekperimen berikutnya adalah, saya akhirnya benar-benar menggunakan setting luar negeri sebagai pondasi cerita. Dari 25 novel saya yang pernah rilis, rasa-rasanya sy tdk pernah menggunakannya. Saya tahu Korea, Tokyo, London, Sydney, Amerika, adalah favorit para pembaca, tapi sy lebih memilih Pontianak, Depok, atau apalah sebagai lokasi cerita. Di novel ini, ijinkan saya memakai London dan Paris. Bukan untuk keren2an, tapi itu sungguh kebutuhan cerita. Akan susah membentuk bangunana ceritanya jika tetap berlokasi di dalam negeri. *btw, kecuali serial BUMI, yang settingnya malah dunia lain.
27 Oktober 2016, novel ini akan rilis.
Eksperiman berikutnya adalah, hei, novel ini ada versi bahasa Inggrisnya. Juga akan rilis tanggal 27 Oktober 2016. Tapi dalam jumlah terbatas, tidak seperti versi bahasa Indonesianya yang dicetak puluhan ribu.
Saya hendak mengucapkan terima kasih kepada jutaan pembaca buku Tere Liye. Kalian adalah pembaca2 yang brilian. Disadari atau tidak, pembaca terlibat jauh sekali dalam penulisan novel saya selama ini. Nama tokoh utama misalnya, itu hasil survei. Cover novel, lebih-lebih adalah hasil survei. Awalnya sy hendak menawarkan kesempatan siapapun agar bisa muncul di back cover, menulis endorser, tapi belajar dari pengalaman novel PULANG, itu amat crowded. Belasan ribu yang ngasih komen, terpilih hanya 4. Itu bukan perkara mudah menyeleksinya. Maka novel yg satu ini, biarlah tanpa endorser seperti novel Hujan atau Rindu.
Semoga kalian menyukai tokoh-tokoh dalam novel ini. Sebuah novel bisa masuk kategori menyenangkan, saat pembaca merasa s**a sekali dengan tokohnya. Yang jomblo, merasa tokohnya “suamiable” banget. Atau yang punya anak, besok2 pengin anaknya seperti tokoh cerita. Dan sebagainya, dan sebagainya.
Well, maafkan saya, hingga akhir catatan ini, tetap juga tidak clear novel ini bercerita tentang apa, kan? Begitulah. Karena novel ini memang ‘tentang kamu’. Siapapun bisa memposisikan dirinya sesuai jalan cerita.
*Tere Liye
**ada tokoh di novel sebelumnya, yang cameo di novel ini. ternyata meski singkat cameonya, seru juga menyelipkan tokoh tersebut. Ini testing, siapa tahu besok-besok saya jadi merilis novel kayak “Avengers”. Beberapa tokoh utama, misalnya Bujang, Thomas, Ambo Uleng, bertemu dalam satu novel, ketika Soke Bahtera dan Lail berhasil membuat mesin waktu, kembali ke masa lalu.
**seperti biasa, beberapa hari lagi akan saya posting bab pertama novel ini (versi bahasa inggrisnya), mungkin itu membantu banyak sebagai teaser.