13/06/2017
"Sus, ini cucu saya uda seharian ndak minum apa2, ASI anak saya belum keluar sus. Kasihan cucu saya sus. Apa ndak perlu dikasi susu formula aja ya sus?"
(Sudah sekeras apa sih usaha mereka untuk mendukung bayi menerima ASI? Gampang banget menyerah sama susu formula. Apa tdk dipikirkan dgn matang, dampak jangka panjang pada bayi mungil tersebut? 2 x 24 jam bayi bisa bertahan kok, karena mereka msh punya cadangan lemak coklat dari dalam Rahim ibunya. Selama tdk ada tanda bahaya dan kondisi medis tertentu, sepatutnya keluarga mendukung penuh sang ibu untuk terus menyusui bayinya.)
"Ngapunten Bu, apa sudah dicoba disusukan ke ibunya ya?"
"Sudah sus, ngenyutnya pinter tapi ASI nya ndak keluar sus, dipompa juga ndak keluar. Nanti cucu saya kuning sus."
(Tanpa kita ketahui, hisapan bayi akan merangsang keluarnya ASI. Pada hari pertama jelas masih kolostrum, yg keluarnya hanya setetes dua tetes "saat dihisap" sang bayi. Jangankan dipompa, dipencet pun tdk keluar atau kadang cuma terlihat titik2 kecil kolostrum di area puting. Tanda2nya apa? Buktinya apa? Kok dipencet tdk keluar? Tanda2nya, bayi tampak puas ketika menyusu, tdk rewel setelah menyusu, geraknya aktif, dan suhu badan normal. Buktinya, tuh si bayi uda lancar BAK dan BAB nya. Bayi kuning jika muncul 24 jam pertama adalah salah satu kondisi kegawatdaruratan neonatus, tapi jika muncul hari kedua dan seterusnya itu memang fisiologis atau normal terjadi, tapi tetap diobservasi. Yg patut diwaspadai, jika kuning ini muncul seluruh tubuh, bayi lemas, malas menyusu, dan suhu badan mulai panas.)
"Mari bu, saya ajari cara menyusui yg benar. Mungkin si bayi kurang nyaman dgn posisinya jadi kurang maksimal. Diusahakan ASI dulu Bu, kami sebagai tenaga kesehatan dikelilingi dgn pasal2 hukum, sangat jelas sanksi2 yg akan kami terima jika kami tdk mendukung ASI dan masih bekerja sama dgn pihak susu formula. Terlepas dari profesi saya, sebagai Muslim juga sudah jelas firman Allah tentang kewajiban seorang ibu untuk menyusui anaknya. Memang tdklah mudah beradaptasi pada masa2 awal pasca melahirkan seperti ini, tapi usaha dan kerja keras kita untuk menyusui bayi kita InsyaAllah setimpal dgn apa yg akan kita terima di masa yg akan datang. Anak ASI itu cerdas Bu, sehat sekali gak gampang sakit, ikatan dgn ibunya pun kuat, InsyaAllah jadi anak sholeh sholehah."
Well, sepenggal percakapan antara bu Bidan dan keluarga pasien yg selalu terjadi pada setiap pasien melahirkan di RS. Ujung-ujungnya harus adu argumen, karena apa yg bu Bidan jelaskan terkadang dianggap tidak valid. Dan pada akhirnya keluarga lebih memilih tanda tangan "Informed Consent" Pemberian Susu formula atas indikasi Permintaan Sendiri (bukan atas indikasi kondisi medis). Disitulah saya patah hati π₯π₯ Tapi yaaahhh bagaimana pun, semua keputusan keluarga, yg penting saya sudah berusaha.
Dan sekarang, alhamdulillaah RS saya benar2 support ASI Eksklusif, apalagi ibu kepala ruangan, Mbak Febriana Kartikawati, yg super support. Terima kasih ππ