12/04/2023
💦 BAROKAH DAN SEJAHTERA
https://fb.me/IMNUChannel
Setiap kita tentunya ingin memperoleh kesejahteraan dalam hidupnya. Setiap kita juga mendambakan keberkahan, karena keberkahan akan membawa kebahagiaan hidup.
Secara harfiah, barokah berarti an-nama’ waz ziyadah yakni tumbuh dan bertambah. Secara umum barakah berarti kebaikan yang bersumber dari Allah.SWT, berdampak pada apa yang diperoleh dan dimiliki akan selalu berkembang dan bertambah besar manfa'at kebaikannya.
🍒 Syarat barokah itu ada dua: Iman dan Taqwa.
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”.
(QS. Al-A'raf :96).
✍️ Apa saja bentuk-bentuk dari Barokah ..?
✅ 1. Keturunan yang sholeh.
”Dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu dia tersenyum. Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang kelahiran Ishak dan dari Ishak (akan lahir puteranya) Ya’qub. Isterinya berkata: Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak, padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamikupun dalam keadaan yang sudah tua p**a? Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh. Para Malaikat itu berkata: Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (itu adalah) rahmat Allah dan keberkahan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlul bait. Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah”.
(QS.Hud :71-73).
✅ 2. Makanan yang halal dan thayyib (baik)
“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang telah Allah rizkikan kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya”.
(QS. Al-Ma'idah: 88).
Namun demikian yang harus dimakan sewajarnya atau secukupnya.
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap memasuki masjid, makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”.
(QS.Al-A'raf : 31).
✅ 3. Waktu yang bermanfa'at atau produktif.
Gunakan waktu dengan sebaik-baiknya untuk beramal sholeh, mencari harta, serta mencari ilmu.
”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati dalam kebenaran dan nasehat menasehati dalam kesabaran”.
(QS.Al-Asyr : 1-3).
“Maka barangsiapa yang memberikan (harta di jalan Allah) dan bertaqwa dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah”.
(QS.Al-Lail : 5-7).
✍️ Bagaimana kunci-kunci mendapat keberkahan?
✅ 1. Iman dan Taqwa yang sebenar-benar taqwa.
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa dan jangan sampai kamu mati kecuali dalam keadaaan berserah diri/muslim”.
(QS.Ali Imron : 102).
✅ 2. Berpedoman kepada Al Quran dan Sunah Nabi.SAW
"Dan Al-Qur'an ini adalah suatu kitab (peringatan) yang mempunyai berkah yang telah kami turunkan. Maka mengapakah kamu mengingkarinya..?”.
(QS.Al-Ambiya' : 50).
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (rasulullah), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(QS.Ali Imran : 31)
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah".
(QS.Al-Ahzab : 21)
✍️ Lalu bagaimana agar hidup kita Sejahtera?
Sejahtera adalah nama yang sering kita dengar. Diantaranya sering kita dengar di pembukaan majlis ataupun forum-forum pertemuan selain ucapan Assalamu’alaikum juga ada ucapan “salam sejahtera bagi kita semua”.
Setiap manusia memiliki kebutuhan hidup. Selama ini kita berfokus pada kebutuhan yang sifatnya material seperti makan minum, pakaian, rumah dan lain sebagainya. Tentunya itu semua wajar dan tidak salah.
Namun kadang kita melupakan bahwa kita sebagai manusia juga membutuhkan hal-hal non materi, yaitu kebutuhan spiritual atau rohani. Kita butuh akan panduan dalam menjalani hidup ini tidak hanya dari bagaimana menggapai duniawi, tapi juga bagaimana nasib kita kelak di akhirat.
Ada yang kaya secara materi, namun miskin secara spiritual, contohnya jika dia melupakan kewajibannya untuk shalat, zakat, puasa, naik haji dll. Walaupun dia kaya, kekayaannya tidak dia gunakan untuk meraih level kesejahteraan yg lain, yaitu sejahtera secara spiritual.
Ini yang menyebabkan hidupnya menjadi kurang berkah sebagai akibat dari kurangnya kesholehan dalam beribadah.
Akhirnya satu demi satu bentuk-bentuk keberkahan hilang dalam hidupnya:
🔸 a. keturunannya kurang ilmu agama, kurang ibadahnya, kurang kesholehannya, sehingga terlibat dalam berbagai macam masalah kenakalan, dll.
🔸 b. makanan yang dimakan bukan berasal dari makanan yang halal, kalaupun zatnya halal tidak didapat dari cara-cara yang sesuai syariat.
🔸 c. sulit produktif dalam hal waktu, waktu yang ada tidak digunakan untuk beramal sholeh atau mencari ilmu yang bermanfa'at, cara mencari harta pun tidak bisa membedakan jalan yang halal dan haram, dll.
Di sisi lain, ada juga yang kaya secara spiritual, rajin beribadah, senantiasa berbuat baik, menjadi pribadi dan keluarga yang sholeh. Namun kesulitan ketika harus memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Miskin secara materi.
Yang terbaik adalah kaya secara materi maupun kaya secara spiritual. Inilah yang dinamakan sejahtera.
“Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”
(QS. At-Taubah: 105).
Sejahtera adalah level fitrah yang setiap muslim harus berusaha raih dalam hidupnya, suatu bentuk keseimbangan antara tujuan material dan spiritual. Ini adalah elemen spesial dalam sistem ekonomi syariah.
Ini juga sesuai dengan definisi Kesejahteraan Sosial dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 tahun 2009
“Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.”
Kesejahteraan sejalan dengan misi Islam sebagai rahmatan lil alamin, yang diwujudkan melalui ikhtiar untuk pemenuhan kebutuhan dasar.
Kebutuhan dasar tersebut tidak hanya mengenai pangan, sandang, papan, pendidikan maupun kesehatan.
Tapi juga mengenai bagaimana memenuhi kebutuhan dasar dalam meluangkan waktu untuk shalat, membayar zakat, menjalankan shaum, berusaha membuat lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar kondusif untuk menjalankan berbagai macam bentuk amal sholeh, misalnya shalat subuh berjamaah, sedekah rutin setiap hari.
Termasuk juga dalam hal ini adalah memindahkan belanja kita ke usaha milik muslim, serta akan jauh lebih baik lagi jika bukan hanya milik muslim, tapi juga milik ummat.
Ummat sebagai pemilik sekaligus konsumen dan sekaligus juga marketer yang turut serta mempromosikan usaha milik ummat tersebut.
Sehingga perputaran uang secara materi akan berputar dilingkungan komunitas muslim, yang akhirnya kebutuhan spiritual pun akan terpenuhi karena konsep berjama'ah tidak hanya dijalankan dalam shalat tapi juga dalam perekonomian.
Inilah salah satunya yang membedakan antara ekonomi kapitalisme dengan ekonomi syariah.
Ekonomi kapitalisme sangat mementingkan materi/ kapital. Mereka yang memiliki modal materi besar lah yang berkuasa, yang bisa menentukan harga bahkan jenis usaha apa yang akan didirikan, dan dimana didirikannya. Perputaran keuntungan pun tidak akan kembali ke ummat, namun hanya kepada kalangan tertentu saja.
Ekonomi syariah berbasis kepada komunitas, modal materi memang penting, tapi ukhuwah di lingkungan tinggal muslim juga lebih prioritas. Itulah yang dinamakan komunitas.
Dalam ilmu biologi, definisi dari komunitas adalah kump**an dari beberapa pop**asi yang berkumpul dan hidup bersama dalam suatu wilayah/ lingkungan tertentu.
Untuk mengalahkan hegemoni ekonomi saat ini, ummat muslim tidak bisa menggunakan pola pikir kapitalisme, tapi harus bersama-sama menggunakan pola pikir syariah.
Kalau ummat muslim masih menggunakan pola pikir konvensional, dimana hanya mementingkan investasi modal (kapital) tanpa berbasis komunitas di lingkungan kita, tidak akan sanggup kita untuk bersaing dengan kekuatan pemodal besar.
Jangan terjebak dengan pola kapitalisme.
Mari kita gunakan mind set/ cara berpikir yang berbeda, yaitu berbasis kepada komunitas muslim, dimana kebutuhan dasar hidup tidak hanya dapat terpenuhi dalam hal materi tapi juga dalam hal spiritual.
Karena lingkungan yang kondusif dalam menjalankan perintah Allah.SWT dan menjauhi laranganNya, akan berpengaruh dan menjadi daya dukung bagi memenuhi kebutuhan spiritual kita.
“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraannya). Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar” (QS. An-Nisa' : 9).
Wallahu A’lam.
🔰 I M N U
✅ Induk Muamalah Nusantara
♻️ Sharia Economic Organizer
📲 https://Wa.me/6281216341940