Balai Desa Sojokerto Kecamatan Leksono Kabupaten Wonosobo

Balai Desa Sojokerto Kecamatan Leksono Kabupaten Wonosobo “Merajut Kebersamaan melalui ajang silaturahmi, akan memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan dalam bermasyarakat di lingkungannya”

Merajut Kebersamaan Dalam Silaturahmi

01/01/2023

Sugeng Warsa Enggal 2023 ...🙂🙂🌠🌠💜💜💜✊✊
Mugi sedulur kula kabeh sarta keluarganipun
tansah wonten ing pangayomanipun Gusti Ingkang Maha Kuwaos
ugi pinaringan sukses lan kabagyan ...Aamiin. 🤲🤲🤲
(terjemah) ...☁️☁️🌺🌺🎞🎞🌻🌻🙂🙂
Semoga saudaraku semua beserta keluarga
senantiasa dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa
dan selalu diberikan kesuksesan serta kebahagiaan ..Aamiin. 🤲🤲🤲..🌈📺🎶...♪♫♫•*¨*•.¸¸💜💜💜¸¸.•*¨*•♫♫♪
Menuju Bangon Sojokerto Punthuk Wonokasihan 2023

29/12/2022

Sepur Jadul ...🎶🎶❤️💚💙
hiburan hari ini (jelang tutup tahun) ...🎼🌺🌺🚞🚈

jelang akhir tahun ...⭐️⭐️⭐️ 🎼 🎼tempat wisata   ..🎶🎶❤️
28/12/2022

jelang akhir tahun ...⭐️⭐️⭐️ 🎼 🎼
tempat wisata ..🎶🎶❤️

27/12/2022

Kangen Kampung Halaman ...🎶🎶❤️💚💙
hiburan pengganti jenuh ...☘️🍀🌺🌻🌎🌍🌏
Menuju Bangon Sojokerto Bangon Sojokerto
Alas Siwakul Perbatasan Serandil Bangon 1974
Punthuk Wonokasihan 2018 KakanG SeraYu Pinuju 2019





☕️☕️☕️☕️☕️🖥🖥🖥💻💻 ...☘️🍀🌺🌻🌎🌍🌏

Karawitan Condong Roso ...🌈📺🎶warga lingkungan (latihan nggamel)Menuju Bangon SojokertoAlas Siwakul Perbatasan Serandil B...
27/12/2022

Karawitan Condong Roso ...🌈📺🎶
warga lingkungan (latihan nggamel)
Menuju Bangon Sojokerto
Alas Siwakul Perbatasan Serandil Bangon 1974
..☁️☁️🌺🌺🎞🎞🌻🌻🙂🙂





...☘️🍀🌺

22/12/2022

Kisah Wayang ...🌈📺🎶
Raden Antasena (putra werkudara)
Menuju Bangon Sojokerto Bangon Sojokerto
Balai Desa Sojokerto Kecamatan Leksono Kabupaten Wonosobo
..☁️☁️🌺🌺🎞🎞🌻🌻🙂🙂





...☘️🍀🌺

20/12/2022

tayangan hari ini ...⚽️⚽️⚽️🏀🏀🛩🏖🎞




negara peserta piala dunia ...☘️🍀🌺🌻🌎🌍🌏

16/12/2022

nglaras ..🎼🎼🌺🌺

...☘️🍀🌺

12/12/2022

Preman Pensiun (2019)...⭐️⭐️⭐️🎞🎞🌺🌻
(karya: Aris Nugraha) - Epy K.Tya A. Soraya R. dkk.
tetap



Kangen Kampung Halaman ...☘️🍀🌺🌻🌎🌍🌏

04/12/2022

alutsista keren!!! ...
(world of weapons)⭐️⭐️⭐️🎞🎞🌺🌻
sumber: youtube
***tetap
🌏🌏🌏🏳️🚩🏴🏁🎥📽📡📡🖍✏️✈️✈️✈️👍👍👍👍👍🏳️🚩🇸🇰

04/12/2022

parade militer dan alutsista 2021 keren!!! Uraaa ...
(negara Rusia)⭐️⭐️⭐️🎞🎞🌺🌻🚀🚀🛰✈️👍👍
sumber: youtube
***tetap

04/12/2022

" Pintar Karena Ilmu, Cerdas Karena Guru "
🎞🎞🌺🌻📖📖🇲🇨🇲🇨
JEMBATAN PENSIL
(belajar pada alam)..☁️☁️🌺🌺🎞🎞🌻🌻🙂🙂🌠🌠💜💜💜
***tetap
...🎞🎞🌺🌻📖📖🇲🇨🇲🇨

04/12/2022

Keluarga Graha Prima



Kangen Kampung Halaman ...☘️🍀🌺🌻🌎🌍🌏

Leluhur Pandawa dan Kurawa ...🌈📺🎶..☁️☁️🌺🌺🎞🎞🌻🌻🙂🙂Cerita ini bermula, kertika Batara Brahma dan Batara Wisnu hendak berbesa...
24/11/2022

Leluhur Pandawa dan Kurawa ...🌈📺🎶..☁️☁️🌺🌺🎞🎞🌻🌻🙂🙂
Cerita ini bermula, kertika Batara Brahma dan Batara Wisnu hendak berbesanan. Batara Brahma mempunyai putera laki-laki yang sudah dewasa bernama Bremana dan Bremani, sedangkan Batara Wisnu juga mempunyai seorang puteri yang sudah dewasa bernama Srihuni. Ceritanya sungguh menarik.Cerita ringkasnya Bremani putera Batara Brahma, adalah satria dari Pertapaan Saptaharga, beserta kakaknya Bremana raja Gilingwesi, dipanggil ayahandanya di kahyangan Daksinageni. Mereka mendapat perintah ayahnya agar Bremana kawin dengan Dewi Srihuni, puteri Batara Wisnu. Namun Bremana menyatakan belum siap untuk hidup berkeluarga..

Kemudian oleh Batara Brahma ditawarkan kepada Bremani adiknya, ternyata telah siap dikawinkan. Namun syaratnya Bremani harus mengalahkan raja raksasa yang akan mennyerang Kayangan Batara Wisnu. Untarasegara. Raksasa itu mencoba untuk merebut dewi Srihuni. Maka Bremani segera ke kerajaan raksasa itu, dan ia dapat mengalahkannya. Kemudian Bremani dan Dewi Srihuni dikawinkan. Dari perkawinan mereka lahirlah Bambang Parikenan. Ketika mereka bertamu ke negeri Gilingwesi, istana, Prabu Bremana, kakak Bremani kelihatannya kakaknya terpesona ketika melihat Dewi Srihuni. Kakaknya merasa kecewa, karena kalau tahu sejak dahulu kecantikan Dewi Srihuni, pastilah ia mau mengawininya. Bremani tahu isi hati kakaknya, maka Dewi Srihuni diminta agar mau diceraikan. Dewi Srihuni terkejut mendengar perintah suaminya. Kemudian Bremani berkata kepada istrinya, bahwa sebenarnya jodoh Dewi Srihuni adalah dengan kakaknya,

Bremana. Dewi Srihuni taat pada suaminya, iapun menyetujui. Mereka kembali ketempat ayahnda, Batara Brahma di Kahyangan Daksinageni,, namun Batara Brahma tidak bisa memberikan keputusan, disuruhnya mereka menemui Batara Wisnu. Batara Wisnu menyetujuinya. Namun Bremana juga mendapat perintah untuk mengalahkan kerajaan raksasa, yang berniat menyerang Untarasegara lagi. Bremana segera berangkat, dan terjadilah perkelahaian, antara Bremana dan para raksasa. Patih Pulasta yang menggantikan menjadi raja, akhirnya takluk kepada Bremana. Bremana akhirnya dikawinkan dengan Dewi Srihuni. Bremani kembali bersama bayinya ke pertapan Saptarengga, sedangkan kakaknya beserta Dewi Srihuni pergi meninggalkan tanah Jawa (India), pergi ke Alengkadiraja. Kelak akan menutrunkan raja raja Alengka. Dewi Srihuni melahirkan seorang putri bernama Dewi Bremanawati. setelah dewasa akan diperistri Prabu Banjar Anjali dari Kerajaan Alengkadiraja.

Sementara itu Batara Wisnu juga mempunyai anak bernama Srinada, yang menjadi raja di Wirata. yang bergelar Basurata kawin dengan Batari Brahmaniyuta, berputera Betari Brahmanineki. Batara Parikanan kawin dengan Betari Brahmananeki, berputera Betari Kaniraras dan Betari Kaniraras ini nantinya akan kawin dengan Begawan Manumayasa. Untuk pertama kalinya Semar dan putera puteranya,Gareng, Petruk dan Bagong, setelah turun dari Kahyangan mereka mengabdi pada Begawan Manumayasa. Dewa menginginkan agar mereka mendapat keturunan yang baik dan berkuwalitas, maka Dewa mengirim dua bidadari yang bernama Betari Kaniraras dan Betari Kanastri atau Betari Kanastren ada yang menyebut p**a Dewi Sinduragen, atau Dewi Sutiragen. Dewi Kanastren. menjadi istri Semar. Sedangkan Dewi Kaniraras menjadi istri Resi Manuma yasa, dari Dewi Kaniraras, Resi Manumayasa berputera Bambang Sekutrem. Sekutrem menikah dengan Dewi Nilawati berputera Bambang Sakri dan Bambang Sayadi. Bambang Sayadi ini yang akan menurunkan raja raja di Mandaraka. Bambang Sekutrem diminta sraya oleh Dewa untuk mengusir pas**an Prabu Kalimantara dari Negeri Cempaka Kawedar yang telah merusak kahyangan Jonggringsaloka, Batara Narada turun ke marcapada menemui Begawan Manumayasa, Dimintanya Begawan Manumayasa mengijinkan Batara Narada untuk mengajak Bambang Sekutrem ke Kahyangan, menjadi jago dewa untuk mengusir musuh yang telah memasuki Kahyangan Jonggringsaloka. Prabu Kalimantara, beserta pas**annya, dengan didukung oleh Aria Tunggulnaga, Aria Sarotama, Aria Ardadedali. Sesampai di Kahyangan, Bambang Sekutrem berhadapan dengan Prabu Kalimantara. Prabu Kalimantara tertawa terbahak bahak, ketika mengetahui para Dewata tidak berani melawan, justru orang biasa yang dijagokan untuk melawan dirinya. Dalam peperangan tersebut Prabu Kalimantara beserta pas**annya dapat dibinasakan oleh Bambang Sekutrem. Setelah Prabu Kalimantara dan pas**annya tewas, ternyata prabu Kalimantara beserta pas**annya menjadi pusaka pusaka sakti. Prabu Kalimantara menjadi Pusaka Jamus Kalimusada. Kemudian mereka ada yang menjadi pusaka Tunggulnaga, serta pusaka pusaka, Sarotama, dan Ardadedali. Para Dewa memberikan semua pusaka pada Bambang Sekutrem. Disamping senjata pusaka, Bambang Sekutrem mendapat anugerah berupa seorang bidadari bernama Dewi Nilawati. Bambang Sekutrem menikah dengan Dewi Nilawati, mendapatkan putera Bambang Sakri dan Bambang Sayati Bambang Sayati ini yang akan menurunkan raja raja di Mandaraka. Bambang Sakri kawin dengan Dewi Sati mempunyai seorang putera bernama Bambang Palasara Bambang Sakri seperti halnya ayahnya, menjadi jagoning Dewa, dan sebagai penghargaan dewa, Bambang Sakri mendapat sebutan Batara, menjadi Batara Sakri.

Bambang Palasara memang seorang pertapa yang tangguh. Pada suatu hari Bambang Palasara dengan di temani Para Punakawan, menuju hutan melakukan tapa brata. Semar dan anak anaknya sangat mengkhawatirkan keadaan Bambang Palasara. Karena sudah bertahun tahun, Bambang Palasara tidak pernah berhenti dari tapanya, Sampai seluruh tubuhnya di tumbuhi lumut dan tumbuhan yang menjalar keseluruh tubuh.

Pada suatu saat, ada sepasang burung yang membuat sarang di atas kepala Bambang Palasara. Sarang telah jadi, burung bertelur dan mengerami, sampai telur itupun menetas. Terjadi perselisihan antara burung jantan dan betina. Burung jantan meninggalkan burung betinanya. Burung betina menunggui anak anaknya dengan setia, Pada suatu saat burung betina mencari makan dan tak pernah kembali kesarangnya anak-anaknya menciap-ciap kelaparan. Disitulah Bambang Palasara baru terbangun dari tapanya. Para Punakawan senang melihat majikannya telah bangun dari tapanya, tetapi bukan itu maksudnya, Bambang Palasara mengambil sarang burung dari atas kepalanya Bambang Palasara berniat menyusulkan anak anaknya pada induknya. Sarang burung itu kemudian dibawanya ketempat kedua induk burung itu berada.

Namun Bambang Palasara tidak bisa menemukan kedua induk burung. Semar beserta anak-anaknya menjadi bingung. Karena tidak mungkin bisa menemukan kedua induknya, karena tempat disini banyak ratusan burung berterbangan. Namun Bambang Palasara mengenal sekali pada kedua burung itu. Tiba tiba Palasara melihat kedua nduk burung terbang meyeberangi Sungai Gangga. Bambang Palasara mengejar burung itu. Pengejaran Bambang Palasara terhenti sampai ditepi sungai. Palasara tidak bisa mengejar burung itu, Ia berhenti ditepi sungai Gangga, karena tidak bisa menyeberangi sungai Gangga. Untunglah ada tukang tambang perahu. Disungai Gangga ini, ada seorang wanita yang dikenal dengan nama Dewi Rara Amis. Ia memang berbau amis, tetapi wajahnya sangat cantik, Melihat kedatangan Bambang Palasara di pinggir sungai, Dewi Durgandini nama yang sesungguhnya, menyapa Bambang Palasara.

Dewi Durgandini menyanggupi untuk membawa Bambang Palasara menyeberang sungai Gangga, Dewi Durgandini adalah putera Prabu Basuketi Raja Wirata. Sesampai di tengah sungai, ternyata anak-anak burung yang dibawa oleh Palasara, sudah bisa terbang sendiri menyusul kedua induknya.

Bambang Palasara meminta Dewi Durgandini untuk mandi disebuah telaga. Setelah mandi, bahu amis Dewi Durgandini bisa hilang, bahkan berbahu harum. Kemudian Bambang Palasara memberikan sebuah nama baru untuk Dewi Durgandini. Akhirnya Bambang Palasara memperistri Dewi Durgandini dan sekaligus memberi nama baru Dewi Setyawati. Dari perkawinan mereka, mendapatkan seorang putera bernama Abiyasa (Begawan Abiyasa). Rupanya peristiwa burung yang membuat sarang dikepala Bambang Palasara, mempertemukan Bambang Palasara, dengan Dewi Durgandini. suatu firasat dari dewa, bahwa dengan mempertemukan keduanya, maka kelak dimasa mendatang keduanya akan menurunkan Raja Raja Besar di tanah Jawa. Untuk menghubungkan Pandawa dan Kurawa dengan Kerajaan Astina, maka untuk kita ketahui silsilah Raja Raja Astina, yang dimulai dari :

1. Raja pertama, Prabu Nahusta,
2. Raja kedua, Prabu Yayati,
3. Raja ketiga, Prabu Kuru,
4. Raja keempat, Prabu Dusyanta,
5. Raja kelima, Prabu Barata,
6. Raja keenam, Prabu Hasti,
7. Raja ketujuh, Prabu Puru,
8. Raja kedelapan, Prabu Pratipa,
9. Raja kesembilan, Prabu Sentanu,
10. Raja kesepuluh, Prabu Wicitragada
11. Raja kesebelas Prabu Wicitrawirya.

Sosok Bisma Atau Dewabrata (Putra Prabu Sentanu)

Pada waktu Pemerintahan Prabu Wicitragada, Ibunda Setyawati meminta Bisma (Putra Prabu Sentanu) pergi ke Kerajaan Giyantipura atau Kasi, untuk mengikuti sayembara di negeri Kasi untuk merebutkan tiga orang puteri, yaitu Dewi Amba, dewi Ambiki dan Dewi Ambini. Untuk mendapatkan ketiga puteri ini, Bisma, harus berkelahi dahulu putera putera Prabu Darmahumbara, yaitu Wahmuka dan harimuka. Keduanya sulit dikalahkan, karena mereka mempunyai kehidupan rangkap. Andaikata mati salah satu, yang satu meloncati yang mati, maka akan hidup kembali. Akhirnya Bisma mengadu kedua kepala Wahmuka dan Harimuka, sehingga keduanyapun tewas.

Kemudian Bisma memboyong ketiga puteri. Namun di tengah jalan Dewi Amba tidak mau diserahkan kepada Wicitragada maupun Wicitrawirya. Dewi Amba ingin menjadi istri Bisma. Bisma meminta agar Dewi Amba saja kembali ke Giyantipura, tidak perlu mengikuti Bisma p**ang ke Astinapura. Dewi Amba tetap mengikuti kepergian Bisma. Bisma menjadi risih. Dengan maksud menakut nakuti Dewi Amba, maka Bisma pura pura menarik panahnya. Bisma tetap meminta Dewi Amba p**ang. Sementara peluh Bisma bercucuran dan tangan Bisma gemetar. Tiba tiba jari jemari Bisma lepas dari anak panahnya, dan panah itu lari mengenai Dewi Amba dan Dewi Ambapun gugur. Setelah itu, terputuslah garis keturunan. Karena Prabu Wicitragada dan Prabu Wicitrawirya, yang tidak mempunyai keturunan, sedangkan Bisma, walau sudah dibujuk Dewi Setyawati istri kedua Prabu Sentanu, untuk menjadi raja, namun Bisma, tidak mau menjadi raja, karena ia seorang Brahmacari dan telah berjanji tidak akan menjadi raja untuk selamanya, maka oleh Dewi Setyawati, istri Prabu Sentanu dengan persetujuan Bisma, mengambil anaknya dengan suami pertama Begawan Palasara, yang bernama Abiyasa, diangkat menjadi raja Astina yang ke duabelas.

Untuk Leluhur Pandawa Kurawa, maka terdapat Kisah Prabu Dusyanta dan Putri Shakuntala yang patut kita semak, ceritanya begitu menarik. Sebetulnya cerita ini mestinya diangkat terlebih dahulu dari kisah Sentanu dan turunannya, karena Prabu Abiyasa Raja Astina ke duabelas, sedangkan Prabu Dusyanta raja Astina keempat. Cerita ini baru terangkat kisahnya, karena Prabu Abiyasa, akan menurunkan puteranya, Drestarastra, Pandu dan Arya Yamawidura. Nama-nama Putera Pandu yang terdiri dari Puntadewa, Werkudara, Arjuna, Nakula dan Sadewa, memilih Prabu Barata menjadi penyebutannya, yaitu Keluarga Bharata Pandawa Sedangkan para putera Drestarastra, menamakan diri mereka sebagai Kurawa, atau Keturunan Prabu Kuru.

Demikian cerita dunia wayang, semoga menjadi hiburan bagi masyarakat para pecinta penyuka seni budaya yang merupakan warisan leluhur ini, sekaligus untuk ajang mempererat tali silaturahmi dan media informasi, dan tentunya yang tidak kalah penting p**a adalah upaya melestarikan sebagai aset budaya bangsa. 🏳️🚩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩

Sumber: cerita seni budaya wayang Indonesia ..🙂✊🌏🌏 🇮🇩🇮🇩🇮🇩
SEKIAN ...✍️☘️🍀🌳🌏🏡🏘🏠

Kisah Wayang ...🌈📺🎶Begawan Palasara ...☁️☁️🌺🌺🎞🎞🌻🌻🙂🙂Palasara adalah putra tunggal Bambang Sakri, dari pertapaan Retawu, d...
24/11/2022

Kisah Wayang ...🌈📺🎶
Begawan Palasara ...☁️☁️🌺🌺🎞🎞🌻🌻🙂🙂

Palasara adalah putra tunggal Bambang Sakri, dari pertapaan Retawu, dengan Dewi Sati, putri Prabu Partawijaya, raja negara Tabelasuket. Ia diberi nama Palasara oleh kakeknya, Resi Manumayasa, yang berarti; senjata yang ampuh. Nama tersebut merupakan anugrah Sanghyang Jagadnata yang disampaikan oleh Sanghyang Narada.

Sejak kecil Palasara tekun bertapa dan mempelajari ilmu pengobatan. Wataknya halus, penuh semangat, pendiam, cinta dan kasih kepada sesama makluk. Ia memiliki ilmu kesaktian yang dapat menciptakan apa saja sesuai yang dikehendaki. Ketekunannya bertapa pernah diuji oleh Dewata yang beralih rupa menjadi sepasang burung pipit yang bersarang dan menetas di kepalanya, yang menjadi sarana ia bertemu dengan Dewi Durgandini, putri Prabu Basuketi, raja Wirata. Saat itu Dewi Durgandini sedang melakukan ruwat ngrame untuk mengobati penyakitnya, menjadi pendayung perahu di Sungai Gangga dengan nama Dewi Lara Amis.

Dengan kesaktiannya Palasara berhasil menyembuhkan penyakit Dewi Durgandini. Mereka kemudian kawin dan berputra seorang lelaki yang diberi nama Abiyasa. Palasara kemudian menciptakan negara baru Gajahoya, sedangkan prajurit dan rakyatnya diciptakan dari semua mahluk yang hidup di hutan tersebut. Palasara dan Dewi Durgandini juga mempunyai 6 (enam) orang putra angkat yang tercipta dari mala penyakit Dewi Durgandini dan pecahan perahunya, yaitu; Dewi Ni Yutisnawati, Setatama, Gandawana, Rajamala, Kecakarupa dan Rupakenca.

Atas keluhuran budinya, Palasara merelakan Dewi Durgandini diperistri Prabu Santanu, raja Astina. Ia kemudian membawa Abiyasa kembali ke pertapaan Retawu. Ia meninggal dalam usia lanjut di pertapaan Srungga, masih dalam kawasan gunung Saptaarga.

Akan kutulis ulang sejarah salah arcapada. Apakah Tuan pikir apa yang menjadi titik tolak sebuah perang besar bernama Baratayuda, kelak, dan juga kejadian-kejadian rancu lainnya, adalah keserakahan terhadap kekuasaan, nafsu duniawi untuk mereguk segala kenikmatan, dan hasrat untuk menjadi yang paling hebat? Nanti dulu. Bukan salah mereka di masa depan entah kapan, yang memaksa anak-anak manusia itu saling membunuh di antara sesama saudara. Para dewalah sang kuasa prima, pelaku utamanya.

Baiklah, akan kuceritakan sebuah hikayat tentang para titah, yang berbeda, bahkan mungkin bertentangan, dengan kitab utama. Boleh jadi jagat akan guncang. Barangkali p**a hanya seperti angin bertiup sepoi yang tak mampu mengeringkan setetes air di batu. Aku hanya ingin mengungkapkan kebenaran sejati, bukan kebenaran cuma di mata dewa. Namun, catat, aku tak bermaksud menggugat logika absurd para dewa. Sebab, para dewa sendiri lahir tanpa logika-bukankah hanya berdasarkan imajinasi manusia? Inilah aku, Palasara, ingin mengungkapkan bahwa akulah, bukan Sentanu sebagaimana kitab-kitab besar menulisnya, pemilik sah Hastinapura. Semenjak awal, hikayat memang sarat dengan absurditas. Aku mungkin bukan siapa-siapa, manusia yang tak ber-apa-apa.

Namun Sakri, ayahku, dan Sakutrem, kakekku, pernah mencoreng wajah para dewa-setidaknya menurut nalar-ketika keduanya, pada masa yang berbeda, berhasil membasmi para penyerang Suralaya, yang tak mampu dihadapi bahkan oleh dewanya para dewa. Sakutrem membunuh raja Nuswantara, sedangkan Sakri membinasakan entah raja siapa, karena tak tercatat dalam hikayat.

Logika yang kacau p**a, bukan? Bedanya, kemudian, Sakutrem mendapat anugerah seorang dewi jelita, sedangkan keinginan Sakri untuk beristrikan bidadari yang serupa ditolak mentah-mentah para dewa. Padahal, kurasa, keinginan Sakri itu wajar saja. Disamping mengalahkan penyerbu Suralaya, ia toh masih berdarah dewa. Bukankah Sakutrem itu putra Resi Manumayasa, cucu Resi Parikenan, dan cicit Resi Bremani? Bukankah Resi Bremani itu putra Batara Brama? Dan bukankah Batara Brama itu putra Sang Manikmaya dan Dewi Uma? Bukan berarti aku sedang mengaku-aku sebagai keturunan dewa. Aku toh tidak bangga karenanya. Aku hanya mencoba menguraikan bukti bahwa ada bibit-bibit ketidakadilan yang dilakukan para dewa. Aku sendiri tak punya banyak ambisi. Sejak muda aku malah lebih s**a bertapa di rimba raya. Aku ingin mengikuti laku kakek Resi Manumayasa, yang mencapai taraf mumpuni dalam olah batin dan kanuragan sekaligus.

Jangankan hanya sepasang burung pipit, sedangkan terhadap ririwa yang berwujud segala rupa yang menakutkan aku tak beringsut setapak pun dari titik pusat semadiku. Apalagi hanya selusin bidadari yang gemulai menari, cuma berbusana kelopak bunga di sekeliling pinggangnya. Juga ketika kedua burung kecil itu membangun sarang, melalui jalinan tangkai demi tangkai ranting dan helai demi helai ilalang dan daun kering, lalu bercinta dan membuahkan telur di atas kepalaku.

Sebuah awal kehidupan, yang ditandai dengan akhir riwayat kehidupan yang lain. Hanya cicit-cicit makhluk mungil, pilu mengorek telinga, ketika pasangan induknya justru terbang entah ke mana. O, dewata, jangan kau uji aku dengan penderitaan bibit-bibit kehidupan yang murni. Biarlah aku gagal menjalani tapa, tapi jangan sampai terputus harapan-harapan baru.

Tak tahan aku mendengar cicit-cicit tak berdaya itu. Gelombang suaranya yang tak seberapa ternyata mampu meremukkan jantung melebihi aum raja rimba. Kubatalkan tapaku, kuturunkan sarang di atas kepalaku, dan kukejar induk yang telah meninggalkan anak-anaknya. Kukejar dari kedalaman rimba hingga tepi Bengawan Gangga. Aku hanya menemukan kesunyian. Hanya desir angin dan riak air sungai.

“Apa yang kaucari, anak muda?”

Aku membalik badan. Dua sosok bercahaya putih berdiri dengan sikap jumawa.

“Aku mencari sepasang burung pipit.”

“Kamilah burung yang kaucari,” kata yang seorang, dengan sepasang tangan berlipat di ada dan sepasang tangan lain mencengkeram tongkat bertatah permata.

Mataku luruh Aku berlutut dan menyembah.

“Bagaimana dengan nasib anak-anak burung itu?”

“Tak perlu kau pikirkan. Engkau punya kewajiban yang lebih besar, mengobati penderitaan Putri Wirata.”

“Bagaimana caranya?”

“Engkau akan tahu.” Salah satu tangan kanannya mengasongkan sebuah botol warna jingga.
“Di mana bisa kutemui dia?”

“Arah matahari terbenam.”

Aku menoleh. Matahari yang hampir jatuh di seberang sungai membuat pandanganku silau, dan tak kulihat apa-apa.

Ketika kutolehkan lagi kepala, dua sosok bercahaya itu telah sirna. Kutatap gelombang Gangga. Terlalu besar, terlampau lebar, dan pasti sangat dalam untuk kuarungi. Bahkan daratan di seberang pun hanya tampak seperti garis samar.

Ada kecipak air beriak. Sebuah perahu pelahan melaju.

Ah, mungkin ada orang yang bersedia menyeberangkanku.

Dan benar, justru perahu itulah yang mendekat. Perahu nelayankah? Bau amisnya begitu menyengat hidungku.

“Tuan hendak menyeberang?” Seseorang bertanya lebih dulu. Suara perempuan Lembut dan sedikit serak. Bau amis makin menyesaki hidungku.

“Apakah aku berhadapan dengan Putri Wirata?”

“Bagaimana Tuan tahu?”

“Tuan Putri bersedia menyeberangkanku?” Aku balik bertanya. “Asal Tuan bersedia mengobatiku hingga sembuh.” Aku meloncat ke perahu.

Perempuan yang cantik, berlilit kain sederhana hingga sebatas dada. Rambutnya air terjun yang berkilau oleh segaris sisa matahari. Benarkah bau amis itu meruab dari sekujur tubuhnya yang sesungguhnya indah tiada tara?

“Benar, Tuan, dan saya sangat menderita karenanya.” Ia seakan sudah tahu apa isi hatiku. “Aku akan memohon.”

Kulipat kedua kakiku di lantai perahu. Kutangkupkan kedua telapak tanganku, dan kupejamkan mataku. Hanya bidang hitam. Dan kemudian titik cahaya putih, gemilang, makin lama makin besar, dan akhirnya mewujud sosok bertangan empat itu. Oleskan minyak Jayengkaton yang kuberikan padamu, bisiknya, jelas menyelusup dalam isi kepala.

“Ampuni Tuan Putri, saya akan mengoleskan minyak ini ke sekujur tubuhmu.”

Oh, jagat, ampuni aku, hanya inilah jalan yang bisa kutempuh.

“Tuan Putri, bukalah pakaianmu. Saya akan menutup mataku.”

Kulepas ikatan bandana di kepala, lalu kupasang menutupi mata, dan kuikat kencang di bagian belakang. Gelap segera menyungkup. Hanya napas yang kutahan-tahan, agar bau amis tak menyelusup hingga dada. Kuusapkan Jayengkaton ke sekujur tubuhnya. Oh, tubuh yang begitu mulus. Seandainya tak meruabkan bau amis yang menyengat. Dewa pengatur jagat, beri aku kekuatan.

Kubalurkan cairan minyak dari telapak, kuusapkan dari bawah tengkuk pelan-pelan menyusuri kulitmu yang, duhai, kenyal dan lembut seperti karet, menuruni lekukan di tengah punggungnya yang melandai bagai alur sungai lurus ke dataran rendah, dan berakhir di lembah, di antara tonjolan bokongnya yang membukit. Kurasakan, bukit itu menggerinjal seperti entakan sebuah gempa.

“Ampun Tuan Putri, berbaliklah.”

Kubalurkan minyak dari telapak, kuusapkan menyusuri permukaan perutnya yang lembut, hmm seperti boneka, melesak sedikit melalui lekuk pusarnya dan yang sedikit menonjol di tengahnya, mendaki hingga celah dua bulatan payudaranya yang melembung dan kurasakan seperti kubah kembar, dan berakhir menjelang pundak kirinya.

Oh, disertai lenguhan di bibir, tubuhnya bergetar. Tubuhku menggetar. Tak ada lagi bau amis. Yang ada adalah keharuman yang memabukkan.

“Lepaskan bandanamu,” bisiknya. Napasnya mengusap pipiku.

Mentari telah hilang. Langit menyungkup dengan bidangnya yang remang. Ombak Gangga hanya riak. Namun ombak di dada bergemuruh menggelegak. Dan berahi pun tak terkendali.

(Duhai dewata, jangan salahkan hamba, berahi adalah karunia purba yang turun-temurun diwariskan para dewa, semenjak Sang Manikmaya dan Dewi Uma bahkan bercinta di angkasa di atas punggung Sang Andini.) Tentu tak bisa kunihilkan peran dewata, yang membantuku menolong Putri Wirata, dan lantas memboyongnya menjadi belahan jiwa, dan kemudian membangun sebuah negara yang kelak akan menjadi adidaya.

“Kunamakan negeri ini Hastina, dan engkau menjadi permaisuri yang akan memancarkan keharuman ke negeri-negeri manca,” kataku.

“Aku sangat bahagia,” katanya. Wajahnya memancarkan cahaya, apalagi setelah rahimnya menjadi pelindung setia sang putra, Abiyasa. Namun (begitulah selalu bagian dari cerita: namun) di jagat fana ini kebahagiaan tak pernah abadi.

Suatu hari, seperti angin yang membadai tiba-tiba, datang ksatria gagah tampan menggendong bayi dalam pelukan. Wajahnya muram, tapi matanya seakan menggeram.

“Tolong susui bayiku Dewabrata, dengan susu Sang Ratu,” katanya. Aku tak mampu berkata-kata mendengar permintaannya yang tak biasa.

“Aku tak bisa mengizinkan kecuali dengan izinnya,”

jawabku. “Aku hanya ingin agar anakku, yang tak lagi beribu, dapat mencicip zat-zat kehidupan yang paling bermutu.”

Kupanggil istriku. Matanya tersenyum. Kuanggukkan kepala. Namun mata ksatria itu benar-benar menggeram ketika mulut mungil Dewabrata dengan rakus mengisap puting Putri Wirata, permaisuriku. “Aku Sentanu dari Talkanda. Permaisuri terlalu rupawan bagimu. Bagaimana kalau aku meminta agar ia menjadi istriku?” Aku membelalak.

“Oh, ksatria yang baru kukenal, benarkah kata-kata yang kudengar?”

“Bila perlu, kita tentukan di palagan.”

Tak tahan lagi mendengar penghinaan yang paling menghinakan, kuterjang tubuhnya yang tak berkuda-kuda. Ia menggelepak dalam sekali gebrak. Dengan cepat ia melenting dan menjulurkan tinjunya. Namun aku sudah menduga gerakannya. Kumentahkan pukulannya dengan tangan yang terbuka. Tubuhnya kembali terjengkang. Dan aku akan melayangkan hantaman pemungkas tatkala melayang cahaya terang dari langit siang.

“Cucuku, tahan pukulanmu!”

Sesosok tubuh tambun yang bercahaya berdiri di antara kami. Mmh, kebayang para dewa rupanya. “Sudahlah, berikan negara dan istrimu,” katanya.

“Mengapa?”
“Kau akan tahu kelak sebabnya.”
“Tapi mengapa?”

“Sudahlah, aku dewa, dan aku lebih tahu segalanya.”

Namun hingga sekarang aku tak pernah tahu mengapa negeri dan istriku tercinta harus menjadi milik orang lain. Aku juga terus-menerus sangsi benarkah dewa lebih tahu segalanya.

Demikian cerita dunia wayang, semoga menjadi hiburan bagi masyarakat para pecinta penyuka seni budaya yang merupakan warisan leluhur ini, sekaligus untuk ajang mempererat tali silaturahmi dan media informasi, dan tentunya yang tidak kalah penting p**a adalah upaya melestarikan sebagai aset budaya bangsa.

Sumber: cerita seni budaya wayang Indonesia ..🙂✊🌏🌏 🇮🇩🇮🇩🇮🇩
SEKIAN ...✍️☘️🍀🌳🌏🏡🏘🏠

22/11/2022

Kangen Kampung Halaman ...🎶🎶❤️💚💙
hiburan pengganti jenuh ...☘️🍀🌺🌻🌎🌍🌏





☕️☕️☕️☕️☕️🖥🖥🖥💻💻 ...☘️🍀🌺🌻🌎🌍🌏

22/11/2022

Kangen Kampung Halaman ...🎶🎶❤️💚💙
hiburan pengganti jenuh ...☘️🍀🌺🌻🌎🌍🌏


☕️☕️☕️☕️☕️🖥🖥🖥💻💻 ...☘️🍀🌺🌻🌎🌍🌏

22/11/2022

Kangen Kampung Halaman ...🎶🎶❤️💚💙
hiburan pengganti jenuh ...☘️🍀🌺🌻🌎🌍🌏




☕️☕️☕️☕️☕️🖥🖥🖥💻💻 ...☘️🍀🌺🌻🌎🌍🌏

20/11/2022

Kangen Kampung Halaman ...🎶🎶❤️💚💙
hiburan pengganti jenuh ...☘️🍀🌺🌻🌎🌍🌏




☕️☕️☕️☕️☕️🖥🖥🖥💻💻 ...☘️🍀🌺🌻🌎🌍🌏

Selamat Hari Toleransi, Keragamaan adalah Kekayaan ...✊✊✊🇮🇩🇮🇩kita perlu terus memupuk dan menumbuhkan kesadaran bahwa ke...
16/11/2022

Selamat Hari Toleransi, Keragamaan adalah Kekayaan ...✊✊✊🇮🇩🇮🇩
kita perlu terus memupuk dan menumbuhkan kesadaran bahwa keragaman agama, bahasa, budaya, dan etnis bukanlah dalih untuk tidak saling menghormati, menyayangi, hidup dalam kerukunan. ...✊✊✊🇮🇩🇮🇩☘️🍀🌺




...☘️🍀🌺🌻🌎🌍🌏

Address

Dukuh Bangon Desa Sojokerto Kecamatan Leksono Kabupaten Wonosobo
Wonosobo
56362

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Balai Desa Sojokerto Kecamatan Leksono Kabupaten Wonosobo posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Contact The Business

Send a message to Balai Desa Sojokerto Kecamatan Leksono Kabupaten Wonosobo:

Videos

Share

Nearby event planning services


Other Performance & Event Venues in Wonosobo

Show All